
Dia ingin hidup kontemplatif dan aktif, dia meninggalkan kongregasi, dan menjadi anggota Fransiskan Sekular, kemudian mendirikan kongregasi yang baru.
Pada usia 33, Muder M. Clara menulis konstitusi Kongregasi Suster-suster Fransiskan, Puteri-puteri Hati Kudus Yesus dan Maria. Diresmikan pada tanggal 30 Oktober 1860, konstitusi baru ini memberikan jalan untuk semangat hidup Fransiskan.
Sembah sujud penting bagi Ibu M. Clara. Melalui Sakramen Mahakudus, dia bisa merenungkan bagaimana Kristus hadir dalam dirinya dan orang lain. Dalam doa, dia berusaha untuk memelihara dan siap dibentuk. Muder M. Clara bercita-cita menghadirkan Kristus kepada orang lain. Dengan hati dan pikiran dia melihat bagaimana dia menjadi pelayanan kasih Tuhan.
Muder M. Clara mengatakan kepada susternya jenis karya cinta manapun, yang ditawarkan Tuhan kepada mereka, akan termasuk lingkup cintakasih mereka. Melayani sesuai dengan kebutuhan zaman berarti Muder M. Clara harus memperhatikan kemana Roh kudus memanggilnya.
Pada saat yang sama sebagai hukum pembatasan dari Kulturkampf di Jerman melarang para suster mengajar, tetapi merawat orang yang terluka karena perang memungkinkan mereka untuk terus memberikan perawatan bagi masyarakat miskin.
Muder M. Clara tidak kecewa. Dia mengutus para susternya ke negara lain di Eropa dan ke Amerika Serikat. Bidang kesehatan dan pendidikan berkembang.
Pesan Muder Clara terhadap kongregasinya adalah abadi. Konstitusi dan teladan hidunya terus membimbing para susternya sampai hari ini. Dia mengalami banyak penderitaan dan tantangan, tetapi melalui peristiwa-peristiwa ini dia tetap dalam pengharapan. Muder M. Clara berkomitmen untuk mempromosikan perintah Allah melalui persembahan hidupnya secara total kepada Allah dan diwujudnyatakan melalui pelayanannya terhadap orang lain dengan kasih.
Meskipun Muder M. Clara meninggal di pengasingan dari kongregasi yang dicintainya, penelitian terbaru telah memungkinkan kita untuk menghormati dan merayakan hidupnya penuh iman. Dokumen-dokumen ini menyoroti semangat religius yang dia tinggalkan sampai akhir hidupnya.
Kristus mengajarkan Ibu M. Clara apa yang menjadi miliknya harus dilakukan dalam hidupnya. Kita bersyukur karena Tuhan telah mengangkat hidup sucinya kepada kita sampai hari ini. Kita terberkati dengan memiliki seorang pendiri kongregasi.